Pembangunan Kebudayaan: Catatan tentang Faktor Psikokultural dalam Pembangunan


Pembangunan kebudayaan terkait dengan perubahan sosial-budaya yang direncanakan. Perubahan social-budaya yang terencana ini saya sebut dengan rekayasa sosial-budaya. Rekayasa sosial-budaya itu dianggap bertentangan dengan prinsip cultural relativism yang dianut oleh sementara orang, khususnya antropolog. Marzali (2005) mengemukakan ilustrasi bahwa dulu Orang Indonesia tidak mengenal hal-hal yang mereka miliki dan hadapi sekarang, seperti agama, institusi pemerintahan, negara, buku, tulisan dan sebagainya. Orang Indonesia mengimpor itu semua. Impor itu tak terelakkan ketika arus komunikasi dan kontak antar masyarakat di dunia ini semakin gencar. Dengan kata lain, Orang Indonesia harus berakselerasi dengan masyarakat lain ketika terjadi kontak di antara mereka.

Perubahan social-budaya tidak sama dengan westernisasi. Westernisasi identik dengan perubahan menuju karakteristik Orang Barat. Penekanannya pada aspek yang tampak atau aspek fisik. Pembangunan kebudayaan yang perlu diupayakan adalah perubahan pada tatanan ideasional atau mentalitas, yang oleh Marzali (2005) disebut sebagai factor psikokultural.

Latar belakang hal tersebut adalah, seperti dikemukakan Marzali (2005), bahwa dalam pembangunan aspek kultur memegang peranan penting. Beberapa kasus yang dicontohkan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi sangat terkait dengan factor psikokultural dalam hal bahwa factor psikokultural di satu sisi dapat mendukung pembangunan dan di sisi lain dapat menghambat pembangunan.

Pertentangan dengan cultural relativism harus dihadapi dalam pembangunan kebudayaan mengingat pembiaran terhadap aspek-aspek yang kontraproduktif justru akan menghambat suatu kelompok masyarakat dalam mencapai kesejahteraan.

Pembangunan kebudayaan berbeda dengan pembangunan ekonomi dalam hal keterukuran hasil pembangunannya. Pembangunan kebudayaan mengupayakan perubahan state of mind masyarakat, bukan perubahan yang tampak, atau fisik, semata. Dalam hal ini diperlukan pendekatan yang humanis untuk merekayasa gagasan suatu masyarakat. Terkait dengan hal itu, beberapa ahli mengemukakan pentingnya pembangunan mental yang dioperasionalkan dengan kebijakan dalam bidang pendidikan. Perlu diingat bahwa pembangunan dalam bidang pendidikan bukan hanya memperbanyak gedung sekolah, mempermudah akses terhadap buku dan hal-hal lain yang fisik sifatnya. Pembangunan pendidikan pada dasarnya mencakup pada aspek ideasional yang diwujudkan dengan rancangan kurikulum yang terarah, sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai dengan penyelenggaraan pendidikan itu.

Komentar

Postingan Populer