Alasan PNS Resign: Pesan bagi Pelamar CPNS dan Para Lajang

(Sumber foto: http://kabaroke.com/pns-ini-dipecat-gara-gara-foto-bugilnya-tersebar-di-facebook/)

Wahai para PNS, pernahkah terbersit di benak Anda untuk berhenti dari pekerjaan Anda sebagai PNS?

Jika jawabannya "ya" atau "pernah", Anda tidak sendiri. Saya pun pernah berikir demikian. Dan ternyata tak sedikit yang memikirkan hal itu. Bahkan, banyak yang akhirnya mereka benar-benar berhenti menjadi PNS.

Dalam masa bimbang mempertimbangkan untuk berhenti, saya menyempatkan diri googling dengan kata kunci "resign dari PNS". Saya ingin mengetahui pengalaman orang lain yang telah melakukannya lebih dulu, demi menguatkan niat saya. Hasil pencarian ternyata cukup mengejutkan, banyak blog yang memuat berbagai hal terkait berhenti dari PNS. Dari pengalaman berhenti, sampai curahan hati orang yang kebingungan memutuskan berhenti atau tidak. Saya tidak mengira bahwa banyak orang yang berhenti, atau setidaknya terpikir tentang itu.

Hal yang paling mengejutkan adalah blog resignpns.blogspot.co.id. Sedemikian berniatnya si pemilik hingga ia membuat blog dengan nama seeksplisit itu. Di dalamnya, memuat banyak tautan ke blog lain atau portal berita daring tentang pengalaman orang yang berhenti sebagai PNS maupun yang sedang mempertimbangkan berhenti. Komentar-komentar atas postingan-postingan admin juga menunjukkan para pengunjung blog tak malu-malu berbagi pengalaman, saling mendoakan, dan saling mendukung niat berhenti sebagai PNS. Saya sempat menyamakan blog tersebut dengan sebuah support group--perkumpulan tempat orang-orang dengan masalah tertentu saling berbagi cerita dan mendukung satu sama lain agar mereka dapat mengatasi masalah masing-masing.

Berdasarkan penelusuran terhadap 15 artikel di internet (terdiri dari blog dan portal berita), saya mengidentifikasi beberapa alasan orang berhenti dari pekerjaannya sebagai PNS: mengurus keluarga, konflik batin, mendapat sumber penghasilan yang lebih baik, mendapat tempat kerja yang lebih mengapresiasi ilmu/kompetensi, dan lelah dengan sistem mutasi. Tentu kemungkinan adanya alasan-alasan lain sangat besar. Di sini, saya hanya mengidentifikasi beberapa sebagai contoh, demi kepentingan pembahasan ide tulisan ini.
Alasan mengurus keluarga, sejauh penelusuran singkat saya, merupakan alasan paling umum. Kebanyakan PNS yang berhenti dengan alasan tersebut adalah mereka yang merangkap "profesi" ibu rumah tangga. Mereka merasa berat karena tidak memiliki cukup waktu untuk mengurus anak atau sering meninggalkan anak ketika dinas luar. Lebih jauh lagi, mereka juga mengkhawatirkan proses pendidikan anak mereka jika diserahkan kepada asisten rumah tangga atau bahkan kepada anggota keluarga yang lain.

Alasan berikutnya yang tampaknya populer adalah adanya konflik batin. Konflik batin di sini kurang-lebih terkait dengan ketidakterimaan seorang PNS terhadap berbagai pelanggaran nilai, norma, dan hukum yang terjadi di instansi tempat mereka bekerja. Contoh dari hal tersebut yaitu adanya praktik pelanggaran disiplin pegawai, politik kantor, kecurangan, suap menyuap, dan korupsi. Latar belakang alasan yang terkait dengan integritas ini bisa berasal dari prinsip agama, dalam arti PNS tersebut adalah orang yang religius, ada pula yang berasal dari prinsip integritas secara umum, tanpa merujuk pada nilai-nilai agama apapun.

Ada juga PNS yang resign karena mendapatkan sumber penghasilan yang lebih baik. Sumber penghasilan yang dimaksud bisa berupa pekerjaan di perusahaan lain yang menawarkan gaji lebih tinggi atau bisa pula berupa usaha atau bisnis yang dirintis sendiri maupun bersama orang-orang terdekat. PNS yang resign dengan tipe ini, ada yang resign setelah mendapatkan sumber pendapatan baru, ada pula yang sebaliknya, baru mulai mencari sumber penghidupan setelah resign. Alasan yang satu ini dapat dikategorikan sebagai alasan yang berorientasi material.

Perasaan tidak diapresiasi juga menjadi alasan seorang PNS mengundurkan diri dari kantornya. Ini biasanya terjadi pada PNS yang merasa bahwa dirinya memiliki ilmu atau kompetensi yang tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh kantornya. Faktor latar belakang pendidikan juga berpengaruh, misalnya lulusan luar negeri, apalagi hingga S3, kemungkinan merasa useless jika harus bekerja di luar keilmuannya. Oleh karena itu, ketika ada tawaran dari perusahaan yang menjanjikan bahwa ilmunya akan lebih bermanfaat di perusahaan tersebut, maka PNS dengan prinsip ini akan terpikir untuk resign.

Alasan terakhir yang saya identifikasi adalah perasaan lelah menjalani berkali-kali mutasi mengikuti suami yang tugasnya berpindah-pindah. Hal ini biasa terjadi pada PNS yang sekaligus istri dari seorang tentara--sebetulnya PNS di beberapa instansi juga sangat rentan berpindah tugas, misalnya PNS di Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea Cukai, atau satuan-satuan kerja lain di bawah Kementerian Keuangan. Beberapa orang PNS yang berstatus istri tentara rupanya telah sampai pada tahap lelah memproses mutasi dari satu kota ke kota yang lain. Kelelahan itu terkait juga dengan banyaknya hal yang harus mereka tempuh ketika sang suami pindah tugas, misalnya mengurus pindah sekolah anak-anaknya dan menyiapkan tempat tinggal di tempat tujuan pindah.

Sebetulnya, untuk mengatasi berbagai ketidakpuasan terhadap kondisi bekerja di kantornya, sebetulnya seorang PNS bisa mengajukan mutasi. Mutasi ke instansi atau unit kerja yang dianggap lebih baik dengan pertimbangan, misalnya, tidak rawan korupsi, tidak ada suap menyuap, dekat dengan tempat tinggal keluarga, dan seterusnya. Namun, mutasi merupakan perkara gampang-gampang susah. Saya sendiri pernah membuktikannya. Ijin atasan, penerimaan di kantor tujuan pindah, dan lamanya proses menjadi faktor-faktor pertimbangan seorang PNS yang berniat untuk mutasi.

Nah, di atas saya telah mengemukakan tentang berbagai alasan yang melatarbelakangi beberapa PNS untuk resign dari pekerjaan mereka. Hal ini mengandung pesan bagi orang-orang yang berminat untuk menjadi PNS atau pelamar CPNS, juga bagi para lajang. Bagi para pelamar CPNS, ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan. Pertama, saya ingin mengingatkan bahwa menjadi PNS tidak selamanya mengenakkan. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, misalnya tuntutan kesibukan, pekerjaan harian yang tidak sesuai kompetensi, dan penghasilan yang tidak selalu sesuai harapan. Kedua, seorang PNS harus siap dengan kemungkinan mutasi ke tempat yang mungkin tidak pernah kita bayangkan. Oleh karena itu, pilihlah instansi dengan kemungkinan mutasi-ke-daerah-nya kecil; dan yang jelas jangan melamar CPNS di unit pelaksana teknis di daerah dengan harapan suatu saat bisa mutasi ke tempat idaman. Ingatlah bahwa mutasi atas permintaan sendiri itu gampang-gampang susah. Ketiga, bagi orang-orang yang berintegritas tinggi, perbanyak stok kesabaran Anda sehingga kelak tidak kehabisan ketika harus menghadapi berbagai pelanggaran nilai, norma, dan hukum yang mungkin terjadi di depan mata Anda. Dengan ketiga pesan di atas, saya berharap para pelamar CPNS memiliki pertimbangan yang matang tentang dunia yang akan mereka masuki, yaitu belantara per-PNS-an.

Bagi para lajang, saya juga memiliki pesan yang tidak kalah penting. Pesan pertama terkait dengan alasan resign para PNS merangkap istri tentara, yaitu kelelahan menjalani mutasi. Jadi, jika Anda seorang PNS yang akan menikahi seorang tentara atau PNS yang berkemungkinan untuk ditempatkan di daerah-daerah, siapkan mental Anda untuk menjalani mutasi. Pesan kedua terkait dengan penghasilan. Jangan anggap bahwa penghasilan semua PNS sama. Ada PNS yang ditempatkan di instansi atau unit kerja yang memang beranggaran besar sehingga para pegawainya banyak pekerjaan dan artinya memiliki banyak penghasilan di luar gaji, ada pula yang tidak; ada instansi yang memiliki tunjangan yang besar, ada yang tidak memiliki tunjangan sama sekali.

Demikianlah tulisan ini saya buat dengan harapan bahwa semua PNS dapat bekerja dengan nyaman karena telah mentisipasi berbagai kemungkinan tidak mengenakkan yang akan dihadapi.

Komentar

Postingan Populer