Mengapa Saya Membuat Blog dan Belajar Excell (Lagi)?
![]() |
| Sumber foto: http://batam.tribunnews.com/2016/10/01/kenapa-anda-harus-bergerak-40-kali-saat-duduk-seharian-di-kantor-ini-rahasianya |
Beberapa saat setelah lulus kuliah, seperti kebanyakan orang, saya pun langsung mencari pekerjaan. Jaringan pribadi dan situs bursa kerja menjadi andalan saya untuk mendapat informasi tentang lowongan kerja. Di antara banyak lamaran yang saya kirimkan, ada beberapa yang berlanjut hingga tahap wawancara. Seingat saya hanya ada 3 perusahaan yang memanggil saya untuk proses wawancara, 2 perusahaan bergerak di bidang penelitian sosial-politik dan 1 perusahaan di bidang konsultansi keamanan yang menyediakan jasa informasi.Dari ketiga wawancara itu, saya akhirnya deal dengan perusahaan konsultan keamanan. Saya benar-benar gagal dalam wawancara di salah satu perusahaan penelitian dan tidak mencapai kesepakatan dengan perusahaan penelitian yang satu lagi.
Pada waktu wawancara dengan perusahaan konsultan keamanan, saya mengklaim diri saya sebagai orang yang berminat dan suka menulis. Sialnya, sang pewawancara, seorang sarjana psikologi dari perguruan tinggi ternama di Jakarta (atau lebih tepatnya Depok), kemudian menanyakan apakah saya punya blog. Itulah salah satu momentum "wakwaw!" yang saya alami dalam hidup saya. Tentu saya menjawab bahwa saya tidak punya blog, karena saya tidak mau dan 99% tidak mungkin berbohong. Bayangkan apa yang terjadi jika saya bilang, "Ya, saya punya blog". Si pewawancara pastilah mengecek blog saya dan akhirnya saya malah kehilangan muka. Mendengar jawaban bahwa saya tidak punya blog, si pewawancara berujar, "Aneh juga ya penulis ga punya blog." Saya hanya bisa terdiam. Namun, ajaibnya saya diterima di perusahaan tersebut dan mencapai kesepakatan tentang tetek bengek urusan hak dan kewajiban saya di situ.
Akibat pengalaman wawancara itu, saya pun bertekad untuk membuat blog agar tidak ada lagi keanehan di masa depan tentang minat saya. Namun, selama bekerja di perusahaan konsultan keamanan itu, saya sama sekali tidak sempat untuk membuat blog. Pada waktu itu saya benar-benar disibukkan dengan tugas harian saya untuk menulis berita dalam Bahasa Inggris, yang mana pada waktu itu target minimal adalah 3 berita per hari. Ada pula tugas-tugas lain yang sifatnya seperti piket mingguan atau bulanan.
Setelah bekerja di perusahaan itu selama 3 bulan, yang merupakan masa probation saya, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kesepakatan kerja karena saya lebih memilih untuk menjadi PNS. Nah, barulah ketika saya sudah berstatus pegawai pemerintah, saya memiliki waktu untuk membuat blog. Demikian lah cerita bagaimana saya akhirnya membuat blog. Namun, lagi-lagi karena kesibukkan pekerjaan, blog saya sempat kosong selama kurang lebih 8 tahun (wakwaw!). Belakanganya, setelah saya memutuskan untuk pindah ke unit kerja yang memang berkutat dengan penelitian dan penulisan, barulah saya dapat meng-update blog saya.
Nah, bagaimana ceritanya saya belajar excell (lagi)? Kisahnya berawal dari salah satu wawancara kerja yang saya paparkan cuplikannya di atas. Pada waktu itu, saya melakukan wawancara kerja di salah satu perusahaan konsultan penelitian sosial-politik. Posisi yang ditawarkan adalah peneliti. Posisi yang dalam benak saya "gue banget". Namun, rupanya aspirasi saya tidak kongruen dengan kemampuan saya. Hal itu bermula ketika dalam proses try out, yang dilakukan setelah proses wawancara, saya diminta untuk mengolah data hasil survei. Sialnya, data sudah disajikan dalam excell, software yang hanya pernah saya sentuh ketika kelas komputer di SMA dulu. Ya, saya sama sekali tidak berhubungan dengan excell ketika kuliah. Bukan salah jurusan saya tentunya, tetapi memang dalam perkuliahan semua urusan dapat saya selesaikan dengan word dan power point. Adapun dalam mata kuliah statistik sosial, saya hanya mengandalkan SPSS. Saya sudah mencoba menawar kepada penyelenggara try out agar saya diberikan SPSS untuk mengolah data tetapi ditolak dengan alasan keadilan, karena semua peserta menggunakan excell. Hasilnya, saya hanya mempermalukan diri sendiri di depan tim pewawancara dalam sesi presentasi hasil olah data, karena saya hanya bisa main tebak-tebakan tentang hasil survei itu. Menyedihkan sekali, bukan?
Sepulang dari wawancara di perusahaan itu, saya tidak langsung ke kost tetapi mampir dahulu ke sebuah toko buku. Tujuannya pasti sudah dapat ditebak. Ya, saya mencari buku tuntunan praktis belajar excell untuk pemula. Saya pun mencari buku dengan hara termurah, karena saya pikir buku termurah pun akan membantu saya mengingat yang saya butuhkan adalah materi-materi yang sangat mendasar. Saya pun langsung mempraktikkan isi buku itu di komputer saya. Lumayan, saya tidak mengalami kesulitan untuk mempelajari dasar-dasar excell. Di samping itu, saya dibantu oleh seorang teman, yang berpesan bahwa, "logic dari excell itu cell". Baiklah...
Demikianlah cerita bagaimana akhirnya saya membuat blog dan belajar excell (lagi). Belakangan, saya merasakan betul manfaat penguasaan saya terhadap excell, karena beberapa teman kuliah yang sejurusan dengan saya sempat harus belajar excell di tempat kerja. Itu merupakan bukti bahwa gagap excell bukan hanya terjadi pada saya. Namun, saya kira kasus saya dan beberapa teman saya itu hanya sampel kecil, karena saya yakin mereka yang tekun belajar dan punya rasa penasaran akan mempelajari program-program dasar microsoft office. Tidak seperti saya..


Komentar
Posting Komentar